By Nuria Kanaya Imam Putri
Vishaka duduk santai di balkon kamarnya pada sore hari sambil menikmati semilir angin. Dia tenggelam pada bukunya. Sampai di halaman 77, dia menemukan tulisan “Jangan dibaca atau kamu akan menyesal!!!”.
“Aissh!!! Omong kosong ini kan cuma Novel Fiksi biasa”, ucap Vishaka.
Setelah itu, Vishaka mulai membaca halaman itu dan tiba-tiba kepala Vishaka terasa pusing, seperti terpukul benda tumpul yang menghantam kepalanya. Dan suasana saat itu sangat gelap. Tapi, setelah Vishaka terbangun ia sangat terkaget. “Hahhh….., sekarang aku lagi dimana?”, ucap Vishaka.
Tiba-tiba, ada orang yang mengagetkanku. “Hei, kamu kenapa?!”, ucap orang itu.
“Aaaaaaa….”, ucap Vishaka dengan nada kaget.
“Hei, jangan takut aku tidak akan memakan kamu”, ucap orang itu.
“Kamu siapa? Jangan mendekat!”, ucap Vishaka dengan nada takut.
“Hai…, namaku Hanca”, ucap orang itu.
“Hai…, namaku Vishaka Bimala”, ucap Vishaka dengan nada takut.
“Kenapa kamu berteriak?”, ucap Hanca.
“Karena tempat ini sangat asing bagiku”, jawab Vishaka.
“Hah, emang kamu asalnya dari mana? Kok kamu bilang tempat ini asing?”, ucap Hanca.
“Aku…, berasal dari dunia manusia”, ucap Vishaka.
“Apaaa?! Tidak boleh ada manusia di dalam dunia 7 elemen ini!”, ucap Hanca khawatir.
“Apaaa, terus bagaimana dengan nasibku? Aku sudah terjebak dalam dunia ini. Apa kamu tau cara agar aku bisa kembali ke duniaku?”, ucap Vishaka.
“Seperti aku tau, ayo ikut aku sekarang!!!”, ucap Hanca sambil menarik tangan Vishaka.
“Kau akan membawaku pergi ke mana?”, ucap Vishaka dengan mengikuti Hanca.
“Kita akan pergi ke rumahku, seperti ayahku memiliki peta menuju gerbang dunia manusia”, ucap Hanca dengan berlari sambil menarik tanganku.
Sesampainya di rumah, Hanca langsung mengunci pintu rumah dan menutup seluruh jendela, kemudian hanca berteriak. “Ayah… Ibu… dimana kalian?”, seru Hanca dengan nada berteriak.
“Kami ada di dapur”, ucap Ibu Hanca dari arah dapur.
Hanca kembali menarik tangan Vishaka menuju ke arah dapur. “Ayah… ibu…, beritahu aku jalan menuju ke dunia manusia”, ucap Hanca.
“Buat apa kamu mau pergi ke dunia manusia?” Ayah Hanca bertanya dengan nada membentak.
“Nak, jika kamu pergi ke dunia manusia, kamu akan dihukum oleh 7 pemimpin”, ucap Ibu Hanca khawatir.
“Ayah…Ibu…, aku bertemu dengan anak manusia”, ucap Hanca.
“Hah…, Kamu bertemu dia dimana?”, ucap Ayah Hanca.
“Aku bertemu dia di Hutan Calder, Ayah. Dia seperti orang kebingungan. Jadi, aku menghampirinya dan aku bertanya padanya dia berasal dari mana? Lalu, dia bilang kalo dunia ini asing baginya. Aku pun bertanya kamu berasal dari mana? Dia menjawab, kalo ia berasal dari dunia manusia”, cerita Hanca panjang lebar.
“Sepertinya, ayah memiliki peta menuju gerbang dunia manusia, Nak”, ucap ayah Hanca.
“Benarkah Ayah?!”, ucap Hanca.
“Iya… Hanca. Sebentar, ayah carikan dulu ya…”, ucap Ayah.
“Ibu juga akan menyiapkan persediaan kalian”, ucap Ibu Hanca.
“Vishaka, seperti kamu harus ganti baju. Bajumu seperti bukan dari dunia ini, tunggu sebentar ya… Aku akan carikan baju yang cocok untukmu”, ucap Hanca.
Setelah Vishaka menunggu sekian lama, akhirnya mereka bertiga kembali ke dapur dengan membawa barang yang Vishaka dan Hanca butuhkan.
“Vishaka, ini baju kamu. Sana, kamu ganti baju dulu!”, ucap Hanca.
Vishaka mengambil baju yang ada di tangan Hanca, lalu mengganti bajunya di kamar orang tua Hanca. Setelah berganti baju Vishaka kembali ke dapur menemui mereka.
“Ini adalah peta menuju gerbang dunia manusia. Kalian harus berhati-hati saat melewati 7 hutan elemen”, pesan Ayah Hanca.
“Ini adalah persediaan yang harus kalian bawa. Di dalam sini ada Amagu dari bahan berkualitas, agar kalian bisa menggunakannya saat melewati 7 hutan elemen. Dan di sini ada makanan, minuman serta 2 Tento”, ucap Ibu Hanca.
“Ingat!!!, kalian harus berjaga-jaga saat melewati 7 hutan itu”, ucap Ayah Hanca.
“Baik…, Ayah…Ibu…, kami berangkat dulu ya “, ucap mereka berdua.
“Tunggu, Vishaka gunakan gelang ini”, ucap Ayah Hanca.
“Ini apa?”, tanya Vishaka.
“Karena kamu tidak memiliki sihir. Jadi, gelang ini bisa mengeluarkan semua sihir. Kamu cukup membayangkan elemen apa yang ingin kamu gunakan”, pesan Ayah Hanca.
“Terima kasih Ayah”, ucap Vishaka.
“Sama-sama…, kalian harus mengikat pergelangan tangan agar kalian tidak terpisahkan “, ucap Ayah Hanca.
Pergelangan tangan mereka berdua sudah saling terikat. Mereka pun pamitan kepada Ayah dan Ibu Hanca, lalu kami berjalan menuju Hutan Calder. Di dalam Hutan Calder, seperti Hutan hujan Tropis, mereka berdua bertemu dengan penjaga Hutan Calder, yaitu Dyeing Dart Frong yang dapat mengancam nyawa.
“Bagaimana ini Hanca?!”, ucap Vishaka.
“Kita harus cari tahu kelemahannya ada di bagian mana”, ucap Hanca.
“Aku ingin meminta bantuanmu untuk serang dia dari segala arah dan aku akan mencoba mencari tahu titik lemahnya”, ucap Hanca lagi.
“Baik, tapi ku mohon jangan terlalu lama mencarinya”, ucap Vishaka.
Vishaka mulai menyerang dengan elemen api,tanah dan petir secara terus-menerus.
“Vishaka…, aku sudah menemukan kelemahannya. Kamu keluarkan sihir api dan aku sihir tanah! Dalam hitungan ketiga lakukan secara bersamaan”, teriak Hanca.
“Baik!!!”, kata Vishaka.
“1,2,3…”, komando Hanca.
“Serang!!!”, teriak mereka bersamaan.
Mereka berhasil mengalahkan Dyeing Dart Frong dan kami melanjutkan perjalanan sampai pada malam tiba. Mereka lalu membangun Tento dan memakan makanan yang diberikan oleh Ibu Hanca.
Mereka beristirahat. Dan keesokan harinya, mereka berjalan kembali. Waktu sudah menunjukkan sore hari. Akhirnya, mereka keluar dari Hutan Calder dan sekarang mereka berada di dalam Hutan Ignatius. Di dalam sana sangatlah panas seperti ingin dibakar hidup-hidup. Mereka bertemu dengan penjaga hutan Ignatius, yaitu Phoenix Arizona yang kekuatannya melebihi batas normal Phoenix lainnya. Dapat disimpulkan Phoenix Arizona itu adalah raja dari segala Phoenix.
Tanpa mereka sadari, Phoenix Arizona menyerang mereka. Untung, mereka menggunakan Amagu yang tahan dari segala serangan sihir. Mereka menggunakan Amagu saat di rumah Hanca. Vishaka dan Hanca kaget langsung mengeluarkan sihir air. Dan ternyata berhasil namun tidak membuat dia kalah hanya dengan satu tembakan.
Akhirnya, mereka berdua mengeluarkan sihir air secara bersamaan dan langsung menembakkannya ke Phoenix Arizona secara terus-menerus. Rupanya, melawan penjaga Hutan Ignatius cukup menguras tenaga mereka. Setelah cukup lama melawan Phoenix Arizona akhirnya mereka pun menang.
Mereka melanjutkan perjalanan. Pada saat melewati Hutan Ignatius, banyak hewan dan tumbuhan yang menyatu dengan api. Seperti kadal api dan bunga anggrek yang menyatu dengan api. Setelah berjalan cukup jauh, mereka memasuki wilayah Hutan Lathika. Saat pertama kali mereka berada di gerbang Hutan Lathika, gerbangnya dipenuhi oleh tanaman rambat yang indah.
Saat masuk ke dalam Hutan Lathika, mereka diperlihatkan keindahan alam. Akan tetapi tidak lama dari mereka mengagumi keindahan hutan itu, kaki mereka seperti tidak bisa bergerak. Ternyata, dewi menjaga hutan yang melakukannya dan mereka menyerang dengan sihir petirnya.
Pada saat itulah kaki mereka terlepas. Mereka langsung lari sekencang-kencangnya hingga, kaki Vishaka kembali terlilit akar merambat dan Hanca menembakkan sihir petirnya. Dengan pertolongan-Nya, mereka bisa selamat dan keluar dari Hutan Lathika. Selanjutnya, mereka masuk ke dalam Hutan Ahomana atau hutan elemen petir. Sebelum masuk ke dalam Hutan Ahomana, mereka mendengar suara gemuruh yang sangat hebat. Vishaka berpikir dalam hati, “sepertinya di dalam sana sangatlah gelap.” Mereka berdiskusi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam Hutan Ahomana untuk berjaga-jaga.
Lalu, mereka sepakat mengunakan sihir angin untuk melawan penjaga Hutan Ahomana. Saat masuk kedalam Hutan Ahomana, mereka langsung diserang dengan serangan cukup menyakitkan dari penjaga Hutan, yaitu Dewa Zet sang pemilik kegelapan dan kekacauan. Setelah diserang oleh Dewa Zet, mereka hampir kalah. Namun, mereka baru ingat bahwa ayah Hanca menitipkan buku sihir yang di dalamnya banyak makhluk-makhluk malapetaka.
“Vishaka…, cepat ambil buku sihir malapetaka!”, ucap Hanca.
“Baiklah…”, jawab Vishaka.
Vishaka mengeluarkan buku sihir itu. “CEPAT BUKA HALAMAN 24 DAN UCAPKANLAH BANTU KAMI Dewi Empusa!”, perintah Hanca.
Vishaka pun langsung mengucapkan apa yang diperintahkan Hanca. Dan tiba-tiba dari dalam buku itu keluar cahaya hitam disertai munculnya dewi dunia bawah, Dewi Empusa. Wujudnya berkaki satu, memakai sandal perunggu, dan topi keledai. Sepertinya, dewi kegelapan itu langsung mengerti apa yang kami inginkan. Kemudian Dewi Empusa melawan Dewa Zet. Pertarungan yang sangat sengit itu akhirnya dimenangkan oleh Dewi Empusa.
Setelah menang mereka melanjutkan perjalanan dan Dewi Empusa langsung kembali ke dalam buku. Sesampainya mereka di pintu gerbang yang kelima, yaitu Hutan Sahima. Setelah itu, mereka dihadang angin tornado yang sangat kencang hingga mereka terbang ke udara. Mereka berdua sudah berada di atas selama satu jam. Sampai, mereka mulai pusing dan akhirnya memutuskan untuk menggunakan sihir tanah.
Untuk membuat tangga bisa kembali ke dataran, mereka mengeluarkan sihir tanah dengan sekuat tenaga. Rupanya mereka berhasil turun ke tanah. Akan tetapi, mereka belum sampai ke gerbang hutan Sahima ke yang enam. Saat di perjalanan mereka masih berusaha dan akhirnya sampai di gerbang hutan keenam, yaitu gerbang hutan Bhumi.
Mereka kembali berjuang. Tiba-tiba kaki mereka ketarik oleh tanah. Mereka seperti orang yang tenggelam. Tubuh mereka seperti dibawa turun ke tanah. Mereka dimasukkan ke dalam tanah dan dibawa keluar lagi hingga seterusnya. Vishaka mencoba mengeluarkan sihir daun dan membuat tanaman rambat, lalu ia kaitkan ke batang pohon yang ada di situ. Ternyata itu berhasil. Vishaka langsung memegang tanaman rambat itu dan berusaha naik ke atas dan berhasil. Hanca yang melihat itu langsung ikut mencoba hal yang sama. Bersyukur ia bisa keluar dari tanah yang menghisap kami, seperti Tarzan mengaitkan tanaman merambat ke batang pohon dan seperti permainan berayun. Begitu seterusnya sampai ujung gerbang terakhir, yaitu hutan Amaterasu
Mereka berdua akhirnya masuk tanpa keraguan ke dalam hutan Amaterasu. Akan tetapi, mata kami tidak bisa membuka karena cahayanya sungguh menyakitkan. Merkea selalu menunduk agar bisa menempuh jalan menuju ke gerbang Manusia. Tapi, lama kelamaan badan mereka lelah dan berhenti sebentar mencari cara. Mereka baru ingat jika membawa kacamata ajaib yang diberikan oleh Ibunya Hanca. Mereka pun langsung memakainya.
Setelah memakai kacamata ajaib itu, mereka bisa lari sekencang-kencangnya dan langsung bertemu dengan gerbang dunia manusia. Hingga akhirnya, sebelum membuka pintu dunia manusia, Vishaka memeluk Hanca dengan sangat erat seperti tidak ingin berpisah. Hanca pun segera melepas pelukan Vishaka dan berkata, “Segeralah pergi sebelum pemimpin 7 elemen datang!”
Segera, Vishaka membuka gerbang tersebut. Dirasakan Vishaka tarikan kuat yang membuatnya hilang kesadaran. Dirasakannya tepukan-tepukan lembut di pipi dan panggilan diiringi isak tangis menyebut namanya. Saat Vishaka terbangun, dilihat sekelilingnya dan berpikir, “kayaknya aku mengenal kamar ini. Ini adalah kamarku. Yang menangis adalah ibuku.”
Ibu Vishaka bercerita bahwa ia berteriak saat tidur dan ibunya berkata bahwa ia sangat sulit dibangunkan. “Apa benar itu semua hanya mimpi?”, ucap viahaka dalam hati.
Lalu, ibunya menyuruhuntuk segera mandi dan bersiap, karena hari sudah gelap. Saat ia bersiap mandi, ia melihat pergelangan tangannya terdapat gelang pemberian ibu Hanca. Kebingungan menyelimuti pikirannya Kembali. Saat belum selesai keraguannya terjawab, ibunya sudah meneriaki namanya untuk segera turun karena mereka semua akan makan malam.
Kamu hanya bisa menjawab semua itu dengan keraguan dan jawabanmu sendiri. Begitulah apa yang seringkali terjadi dalam dirimu. Termenung.
Alhamdulillah…
Selamat ananda shalihah yang hebat….
Semoga tidak lelah dalam berkarya ya….
Kami selalu menunggu karya karya hebat shalihah ❤️❤️❤️❤️